Bali

J2PS Provinsi Bali : Jurnalis Bangkit Mengawal Sampah Menuju Indonesia Merdeka Sampah

Bali.Beritaterkini.co.id. Pemandangan yang terkesan jorok dan buruknya kualitas lingkungan salah satunya akibat sampah. Perilaku pola lama pengelolaan sampah yaitu, kumpul, angkut dan buang, terbukti tak menyelesaikan masalah sampah secara komprehensif. Demikian terungkap dalam Workshop dan Deklarasi Jaringan Jurnalis Peduli Sampah (J2PS) di Quest San Hotel, Denpasar, Senin (22/8/2022).

Ketua Panitia Acara Agustinus Apollo Daton dalam sambutannya menyatakan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sebagai penampungan sampah dipastikan tak akan bertahan lama mengingat terbatasnya lahan. Terlebih di TPA sampah tak terkelola yang acap memicu bau busuk.

“Pun demikian adanya regulasi dan pelaksanaan fasilitasi dan stimulasi pengumpulan sampah dengan pola, 3R (reduce, reuse, recycle) berbasis masyarakat sudah berjalan, namun fakta menunjukkan masalah sampah terus dikeluhkan masyarakat,” beber pria yang akrab disapa Polo ini sembari menenteng sampah plastik yang berhasil dia kumpulkan.

Selain itu Polo yang juga selaku Ketua Jaringan Jurnalis Peduli Sampah Provinsi Bali dengan 35 orang wartawan selaku anggotanya ini menambahkan isu lingkungan di Indonesia belum banyak mendapatkan ruang di redaksi media (cetak, elektronik, online).

“Agenda redaksi media belum banyak berpihak pada isu lingkungan. Fenomena ini dapat disimak pada pemberitaan-pemberitaan yang disajikan media terhadap masalah lingkungan. Ekspos yang lazim disajikan pihak media hanya mengungkapkan akibat kerusakan lingkungan bukan kepada penyebabnya,” tandas Polo.

Pihak media menurutnya masih dominan menunjukkan sikap reaktif yang bersifat sesaat, seperti isu politik, ekonomi dan demokratisasi dan memarginalkan isu-isu dan persoalan lingkungan hidup.

Berangkat dari latar belakang peliknya permasalahan sampah di Indonesia khususnya Bali, Jaringan Jurnalis Peduli Sampah (J2PS) Provinsi Bali akan segera dideklarasikan pada tanggal, Senin 22 Agustus 2022 sebagai wujud komitmen penanggulangan kompleksitas masalah sampah di Provinsi Bali khususnya dan sampah di tanah air pada umumnya.

Selain deklarasi J2PS juga menggelar workshop yang tujuannya mengedukasi dan literasi para jurnalis untuk lebih paham terhadap regulasi, isu maupun pola kelembagaan dalam hal pengelolaan sampah.

Dalam workshop ini selain melibatkan awak media, hadir pula, Kadis Lingkungan Hidup Provinsi Bali, Perbekel Desa Dalung, Kuta Utara, para stakeholders, LSM, dan Humas Rumah Sakit Daerah di Bali yang selama ini telah teruji komitmen dan konsistensi mereka dalam hal pengurangan dan penanganan sampah khususnya sampah plastik.

J2PS ini merupakan wadah pertama kalangan jurnalis/wartawan di Provinsi Bali bahkan mungkin di Indonesia yang peduli terhadap sengkarut problematika sampah yang berkepanjangan.

Polo menyebutkan ada lima poin komitmen yang dibacakan saat deklarasi.

“Pertama, menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali dengan melakukan edukasi kepada seluruh stakeholder yang bertanggung jawab kepada pengelolaan sampah,” jelasnya.

Yang kedua lanjut Polo, mendorong pengelolaan sampah yang berbasis circular economy untuk mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan.

“Ketiga, bersinergi dengan semua stakeholder terkait untuk mendukung kegiatan pengelolaan sampah berbasis ramah lingkungan yang menghasilkan sumber daya energi baru terbarukan,” sebutnya.

Keempat, mengawal implementasi regulasi Undang-Undang U No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Pemerintah disuruh menutup TPA harusnya tahun 2013, tapi nyatanya seluruh daerah di Indonesia tak ada menutup.

“Itu artinya pemerintah menabrak UU dalam menggunakan APBD. Mestinya konsisten dong. Sedangkan anggarannya begitu kecil dibandingkan masalahnya yang besar. Tahun 2024 nanti pilih calon pemimpin yang memiliki komitmen kuat pada penanganan masalah sampah. Punya political will, ini terlihat nantinya dari politik anggaran di OPD,” cetus Polo.

Kelima, mendorong literasi untuk mewujudkan Bali yang berorientasi pengelolaan sampah ramah lingkungan berdasarkan spirit Tri Hita Karana.

Selanjutnya Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) dalam pidatonya mengatakan kegiatan J2PS sejalan dengan visi-misi dan Peraturan Gubernur Bali No.47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber.

“Pertama-tama marilah kita sebagai insan beragama memanjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas anugerah-Nya bisa menghadiri deklarasi Jaringan Jurnalis Peduli Sampah dengan tema, Jurnalis Bangkit Mengawal Sampah Menuju Indonesia Merdeka Sampah,” ungkap Cok Ace.

Kegiatan ini kata Wagub sejalan dengan Visi Misi Pemerintah Provinsi Bali Nangun Sat Kerthi Loka Bali, melalui pola pembangunan semesta berencana menuju Bali era baru.

“Sesuai juga dengan prinsip Trisakti Bung Karno, yakni berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian dalam budaya,” ulas Wagub Cok Ace.

Usai sambutan dilaksanakan pula penyerahan secara simbolis Program Gerfas Badung Peduli Sampah untuk Zero Tunggakan JKN senilai Rp.5.615.583,- dari Perbekel Desa Dalung Putu Gede Arif Wiratya yang diterima Kepala BPJS Kabupaten Badung dr. Mirah Lidyawati.

Memasuki sesi workshop, Sustainable Director Danone Indonesia Karyanto Wibowo menerangkan dalam menyikapi permasalahan sampah yang kompleks, kolaborasi dari berbagai pihak termasuk produsen menjadi sangat penting. Kehadiran produsen seperti Danone-Aqua sebagai salah satu pembicara dalam workshop menunjukan komitmennya dalam menjalankan Permen 75 Tahun 2019 tentang “Peta Jalan Pengurangan Sampah Oleh Produsen“

“Sebagai pelopor dalam penerapan ekonomi sirkular di Indonesia, Danone-Aqua memiliki komitmen mendukung berbagai lini ekosistem pengumpulan kemasan plastik. Danone Aqua telah mengedukasi terwujudnya ekonomi sirkular selama bertahun-tahun dan telah berhasil mengumpulkan lebih banyak plastik pasca konsumsi yang digunakan di Bali. Juga memberikan dukungan bagi para pelaku daur ularg plastik di sektor UKM seperti mendirikan Recyling Business Unit serta turut serta memfasilitasi pembangunan TPST,” ungkap Karyanto.

Untuk mewujudkan ekonomi sirkular, beragam inovasi dikembangkan melalui berbagai produk kemasan yang saat ini tersedia di Bali, Aqua 600 ml dan Aqua 1.1 L yang kini beredar terbuat 100% dari plastik daur ulang.

Tahun ini Aqua imbuhnya, meluncurkan kemasan Aqua mini jenis PET (Polyethylene Terephalate) 200 ml, untuk menjadi pilihan bagi konsumen yang mengutamakan lingkungan dan kepraktisan, dan bekerja sama menyediakan aplikasi digital yang dapat membantu konsumen mengirim kembali dan mendaur ulang botol kaca mereka untuk didaur ulang, termasuk praktik guna ulang yang diterapkan pada kemasan botol/beling yang beredar untuk hotel dan restoran.

Sedangkan narasumber lain Direktur Bali Waste Cycle (BWC) Olivia Anastasia Padang menjelaskan dengan tagline ‘Solusi Sampah Bali,’ sebagai salah satu pelaku daur ulang yang konsisten dan komitmen dalam melakukan edukasi berbasis komunitas.

“Kami melakukan pengumpulan dan pengolahan segala jenis sampah plastik baik yang bernilai ekonomis dan yang low value (yang tidak ekonomis) dan dianggap residu,” kata Olive panggilan akrabnya.

Peran NGO (non-governmental organization) juga menjadi penting terhadap proses edukasi dan sosialisasi ke masyarakat terhadap solusi dari permasalahan sampah plastik.

Presiden Direktur PT Trinseo Materials Indonesia Anggara Sukandar menyebutkan pihaknya menginisiasi program advokasi daur ulang sampah plastik Yok Yok Ayok Daur Ulang (YYADU) juga didukung oleh organisasi seperti Responsible Care Indonesia.

“Program ini telah banyak melakukan kegiatan edukasi melalui rangkaian seminar dan webinar di kota-kota besar mulai dari Jakarta, Bandung, Tegal, hingga Denpasar Bali untuk mendorong kegiatan daur ulang sampah plastik demi mencapai ekonomi sirkular dan merubah perilaku masyarakat terhadap perlakuan sampah plastik,” urai Anggara.

Selaku salah satu narasumber workshop Ketua SMSI Bali Emanuel Dewata Oja, memaparkan bahaya sampah plastik bila tidak ditangani dengan baik, sehingga masyarakat bisa segera menyadarinya.

“Bali memproduksi sampah sekitar 5000 ton per hari, hingga hari ini masih ada 52% yang belum ditangani dengan baik, sebab itu kita harus mengoreksi diri, fakta-fakta ini menunjukkan kita masih mempunyai persoalan sampah, apalagi nanti pada bulan Oktober 2022 TPA Suwung sudah tidak boleh lagi beroperasi, apakah kita sudah siap?,” tanya wartawan senior yang akrab disapa Edo ini.

Sesuai hasil penelitian, Edo menuturkan kantong plastik (tas keresek, red) bisa terurai dalam tanah sekitar 10-20 tahun dan botol plastik 450 tahun baru bisa terurai.

“Inilah fakta yang harus kita cermati dengan baik, agar tidak sembarangan membuang sampah,” tegas Edo.

Ia juga menyinggung pengetahuan jurnalis tentang persampahan masih minim. Untuk itu ia berharap Danone bekerja sama dengan wartawan dan berdiskusi lebih lanjut terhadap masalah ini.

“Fellowship, kerja sama dengan Kominfo sudah pernah kita lakukan. Sekarang fellowship tentang persampahan dan lingkungan mesti dijalin. Yang kita kejar adalah momentum sebenarnya. Dengan peluang ini mari bersinergi dengan J2PS. Selesai itu barang,” ujarnya.

Media menurutnya berperan menjadi amplitudo dengan publikasinya. Sesuatu yang awalnya dianggap hal kecil jika sudah menjadi sebuah berita bisa berubah menjadi isu besar.

“Kami hanya menyuarakan. Kucing kalau diberi speaker setiap hari akan dikira harimau. Media ini bisa mengecilkan hal yang besar dan sebaliknya, membesarkan hal yang kecil. Wartawan perlu memiliki pengetahuan yang cukup terkait sampah sehingga enak menulis,” pungkas Edo.

Owner Bali Waste Cycle Putu Ivan Yunatana menjelaskan Bali Waste Cycle (BWC) adalah salah satu entitas pelaku daur ulang di Bali. Salah satu kegiatan yang dilakukan bertujuan mengubah persepsi dan prilaku masyarakat khususnya terhadap sampah. Gudang pengolahan sampah plastik miliknya berlokasi di jalan Cargo Permai nomor 67, Ubung, Denpasar Utara.

“Sampah yang selama ini dianggap sebagai sebuah masalah. Kami punya peran memberikan pemahaman dan edukasi bahwa sampah ini, bilamana disikapi dengan bijak akan menjadi sebuah berkah. Selain edukasi kami juga melakukan pengumpulan dan pengelolaan sehingga sampah plastik yang selama ini tercecer kini tertangani dengan baik,” terang Owner Rumah Sakit Bhakti Rahayu ini.

Bagaimanapun juga Bali ini menurut Ivan yang juga salah seorang deklarator J2PS ini adalah daerah pariwisata. Bali Waste Cycle dengan motto, ‘Solusi Sampah Bali‘, benar-benar ingin menjadikan Provinsi Bali ini yang ‘Bali’.

“Bersih, asri, lestari, dan Indah, karena ini bagian yang membuat pariwisata Bali yang berkelanjutan,” tutur Ivan yang juga Direktur PT. Bhakti Rahayu ini.

Di sayap luar ruang pertemuan juga ditampilkan produk-produk kerajinan hasil daur ulang sampah plastik.(red /tim)

 

Related Articles

2 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini: