BaliBeritaBudayaDenpasarPendidikan

61 Orang Ikuti Upacara Manusa Yadnya Bersama di Pesraman Sai Sarwa Dharma Denpasar, Serangkaian HUT ke-23

beritaterkini.co.id-DENPASAR | Pasraman Sai Sarwa Dharma Denpasar menggelar upacara Manusa Yadnya Bersama di Jalan Letda Made Putra nomor 108, Kayumas Kelod, Dangin Puri, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, Jumat, 28 Juni 2024.

Bahkan, upacara Manusa Yadnya Bersama ini, dirangkaikan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) Pasraman Sai Sarwa Dharma Denpasar ke-23, yang jatuh pada 20 Juni, setiap tahunnya.

Tak hanya itu, upacara manusa yadnya disebut sebagai program kerja unggulan Pasraman Sai Sarwa Dharma Denpasar, dalam hal pelayanan umat, yang mengedepankan nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan.

Turut hadir, Walikota Denpasar yang diwakili Kadis Kebudayaan Kota Denpasar, Ketua PHDI Kota Denpasar dan juga anggota DPD RI terpilih periode 2024-2029/ Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedastera Putra Suyasa, yang akrab disapa Arya Wedakarna (AWK).

Selain itu, upacara manusa yadnya bersama juga dihadiri oleh para pandita (sulinggih), pinandita (pemangku), para tokoh masyarakat dan pinisepuh umat serta undangan lainnya.

Selain manusa yadnya, Pasraman Sai Sarwa Dharma Denpasar juga melakukan program agenda tahunan bersifat sosial, seperti bedah rumah, pelayanan ke panti jompo, berbagi sembako, makan gratis, donor darah, penanaman pohon dan ikut melarung eko enzim ,pembagian takjil, saat bulan puasa hingga upacara Metatah Bersama.

Ketua Pasraman Sai Sarwa Dharma Denpasar, Made Ratnadi, S.E., berharap program sosial ini tetap terlaksana dengan baik, dengan melahirkan generasi pembaharuan yang berkarakter.

Menurutnya, upacara Metatah adalah ritual agama hindu sebagai salah satu bagian dari manusa yadnya.

“Upacara Metatah juga dimaknai untuk melepaskan diri dari pengaruh Sad Ripu, yang khusus dilakukan pada anak, yang mulai menginjak dewasa,” kata Made Ratnadi.

Sementara itu, lanjutnya peserta metatah bersama diikuti 61 orang, yang terdiri dari 8 orang telubulanin, 15 orang menek kelih dan 45 orang metatah serta mewinten berjumlah 3 orang.

Lebih jauh disebutkan, bahwa upacara metatah diyakini sebagai salah satu tradisi spiritual membuang hal-hal buruk beserta kesalahan masa lampau, yang kemudian mulai hidup, dengan mengikuti petunjuk dan perintah agama, karena metatah sebagai simbol melepas enam musuh yang berada didalam diri setiap insan.

“Untuk itu, keenam musuh tersebut wajib dikendalikan, sehingga dapat diterapkan kehidupan bhiksuka dengan baik,” tegasnya.

Bahkan, zaman kali yuga ini, orangtua wajib memberikan pengetahuan kepada anak-anaknya sebagai bekal masa depan anak cucu berpengetahuan agama yang luas, yang selalu membawa kebaikan, dalam menjalani bahtera kehidupan.

“Selain upacara metatah, mepandes atau potong gigi, kami juga menggelar upacara manusa yadnya lainnya meliputi upacara
tiga bulanan, mepetik, otonan, menek kelih, metatah, pawiwahan, pewintenan sarasvati dan sudi widani,” rincinya.

Melalui upacara metatah, Made Ratnadi berharap umat mampu mewujudkan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi pribadi yang humanis, berkarakter, rukun, mandiri, unggul dan berintegritas.

“Pribadi-pribadi tersebut, juga diharapkan mampu menciptakan nilai-nilai baru, dalam rangka mengangkat derajat kemanusiaan, bahkan derajat kedewataan,” ungkapnya.

selain introspeksi diri dan mulat sarira, Metatah Bersama juga bisa dijadikan sebagai momentum memupuk rasa kebersamaan, untuk menghilangkan semua musuh yang berada didalam diri setiap insan.

“Hal tersebut dilakukan, untuk menata kembali sikap dan perilaku, guna menjaga keharmonisan, kedamaian dan jagadhita, berkonsep tri hita karana,” pungkasnya. (red/kyn).

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini: