Beritaterkini – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kembali memaparkan update situasi bencana di wilayah Sumatera. Data terbaru menunjukkan jumlah korban jiwa terus bertambah, sementara ribuan permukiman masih terdampak dan ratusan ribu warga belum dapat kembali ke rumah. Kondisi ini membuat pemerintah memperkuat operasi penanganan darurat di sejumlah titik terdampak.
Di tengah cuaca ekstrem yang belum sepenuhnya reda, laporan BNPB menegaskan bahwa tantangan utama saat ini adalah membuka akses wilayah terisolasi serta mempercepat distribusi logistik. Situasi ini juga kembali memunculkan diskusi soal mitigasi jangka panjang menghadapi bencana hidrometeorologi yang semakin sering terjadi di Indonesia.
Artikel berikut menguraikan secara lengkap kondisi terbaru, rincian korban, wilayah terparah, hingga pernyataan resmi pemerintah.
Data Terbaru BNPB: Lebih dari 900 Orang Meninggal
Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, menyampaikan bahwa total korban meninggal akibat rangkaian bencana di Sumatera kini mencapai 921 orang. Selain itu, masih terdapat 392 warga yang dinyatakan hilang, sedangkan jumlah pengungsi melonjak hingga 975.075 orang.
Pernyataan tersebut disampaikan Suharyanto dalam rapat terbatas bersama Presiden Prabowo Subianto di Banda Aceh pada Minggu, 7 Desember 2025. Data ini menjadi salah satu yang paling besar dalam bencana hidrometeorologi di Sumatera dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut Suharyanto, angka tersebut merupakan hasil pengumpulan laporan daerah secara berlapis, termasuk dari posko darurat kabupaten/kota. BNPB menyatakan data masih bersifat dinamis dan berpotensi bertambah mengingat proses pencarian korban masih berlangsung.
Kondisi di Aceh: Wilayah Paling Terdampak
Ratusan Korban Jiwa dan Hampir Satu Juta Pengungsi
Aceh menjadi wilayah dengan dampak terbesar. BNPB mencatat:
-
366 warga meninggal dunia
-
97 orang hilang
-
914.202 warga mengungsi
Ini berarti lebih dari 90% total pengungsi berada di Aceh. Besarnya angka ini menunjukkan skala kerusakan yang luas, termasuk kerusakan rumah, jembatan, jalan, dan fasilitas publik.
Dua Kabupaten Masih Terisolasi
Bener Meriah dan Aceh Tengah Terparah
BNPB melaporkan dua kabupaten, Bener Meriah dan Aceh Tengah, masih dalam kondisi terisolasi.
-
Bener Meriah: 232 gampong terdampak
-
Aceh Tengah: 295 desa di 14 kecamatan
Akses jalan terputus akibat longsor dan banjir besar, membuat tim evakuasi harus menggunakan jalur udara di beberapa titik. Pemerintah daerah dan TNI-Polri sudah mengerahkan alat berat, namun proses pembukaan akses dilaporkan masih berlangsung dan membutuhkan waktu.
Wilayah Lain Mulai Bisa Diakses
Untuk daerah seperti Aceh Tamiang, Suharyanto menyebut akses darat kini sudah mulai terbuka, meski masih ada 216 gampong yang terdampak dan memerlukan penanganan intensif.
Menurut BNPB, bantuan logistik seperti makanan siap saji, tenda, hingga obat-obatan sudah mulai masuk, namun distribusi ke desa-desa yang terisolasi tetap menjadi tantangan utama.
Analisis BNPB dan Tanggapan Pemerintah
Cuaca Ekstrem Jadi Pemicu Utama
Berdasarkan evaluasi awal BNPB, intensitas hujan tinggi selama beberapa hari berturut-turut memicu banjir bandang, longsor, dan luapan sungai di beberapa wilayah. Fenomena cuaca ekstrem ini terhubung dengan dinamika monsun Asia dan penguatan Madden-Julian Oscillation (MJO), yang umum terjadi pada akhir tahun.
Juru Bicara BMKG dalam pernyataan pekan lalu juga menegaskan bahwa curah hujan ekstrem diperkirakan masih berpotensi terjadi hingga akhir Desember, sehingga masyarakat diminta tetap waspada.
Pernyataan Resmi Pemerintah
Presiden Prabowo Subianto dalam rapat terbatas di Banda Aceh menekankan bahwa keselamatan warga adalah prioritas utama. Beliau meminta BNPB, TNI, Polri, serta pemerintah daerah mempercepat pencarian korban hilang dan memperluas distribusi bantuan.
“Pemerintah memastikan seluruh sumber daya dikerahkan untuk percepatan penanganan darurat di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat,” demikian ringkasan arahan resmi dari Sekretariat Presiden.
Pakar Kebencanaan Soroti Kesiapan Infrastruktur
Pakar mitigasi bencana dari Universitas Syiah Kuala, Dr. Reza Ilhami, dalam wawancara dengan media nasional sebelumnya menyatakan bahwa peningkatan intensitas bencana hidrometeorologi harus diimbangi dengan penguatan infrastruktur tahan bencana dan sistem peringatan dini. Menurutnya, wilayah dataran tinggi seperti Aceh Tengah sangat rentan longsor bila curah hujan melonjak.
Upaya Penanganan dan Bantuan yang Berjalan
1. Pembukaan Akses Wilayah Terisolasi
Tim gabungan masih bekerja menggunakan alat berat dan helikopter untuk menembus titik-titik yang terputus.
2. Distribusi Logistik
BNPB mengirimkan tambahan ribuan paket makanan, selimut, tenda keluarga, serta obat-obatan.
3. Posko Pengungsian
Posko terpadu di beberapa kabupaten kini menampung pengungsi dengan fasilitas dasar seperti dapur umum, layanan kesehatan, dan area anak.
4. Evaluasi Jangka Panjang
Pemerintah mulai mempertimbangkan relokasi beberapa permukiman rawan bencana untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Kesimpulan
Paparan terbaru BNPB menegaskan bahwa bencana di Sumatera menjadi salah satu yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir, dengan korban meninggal mencapai 921 orang dan hampir 1 juta warga mengungsi. Pemerintah terus memperkuat operasi pencarian, evakuasi, dan distribusi bantuan, sementara beberapa wilayah seperti Bener Meriah dan Aceh Tengah masih menjadi fokus utama akibat akses yang terputus.
Situasi ini menunjukkan pentingnya penguatan mitigasi bencana dan kesiapsiagaan jangka panjang, terutama menghadapi cuaca ekstrem yang kian sering terjadi.











