Beritaterkini – Banyak orang berpikir kadar gula darah tinggi hanya muncul karena sering makan makanan manis. Padahal, kenyataannya, ada sejumlah kebiasaan sehari-hari yang tanpa disadari justru membuat gula menumpuk di dalam tubuh. Kebiasaan ini jika dibiarkan terus-menerus bisa meningkatkan risiko diabetes dan gangguan metabolik lainnya.
Menjaga kadar gula darah tetap stabil ternyata bukan hanya soal mengurangi gula. Rutinitas sehari-hari, pilihan makanan, hingga pola tidur dan aktivitas fisik punya peran besar. Banyak orang tidak menyadari bahwa tindakan kecil yang tampak sepele bisa berdampak besar terhadap kesehatan jangka panjang.
Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa kebiasaan sehari-hari yang dapat membuat kadar gula darah meningkat tanpa sadar. Plus, tips mudah untuk memulai perubahan demi tubuh yang lebih sehat.
Kebiasaan Sehari-hari yang Bisa Bikin Gula Darah Naik
1. Melewatkan Sarapan
Tidak sarapan bisa membuat kadar gula darah menjadi tidak stabil sepanjang hari. Ketika tubuh kekurangan energi di pagi hari, rasa lapar meningkat dan cenderung membuat seseorang mengonsumsi makanan tinggi gula atau karbohidrat saat makan berikutnya.
Menurut Dr. Ratna Wulan, spesialis gizi klinis, “Sarapan sehat dengan porsi seimbang antara karbohidrat kompleks, protein, dan lemak baik membantu menjaga gula darah tetap stabil dan energi terjaga hingga siang hari.”
2. Minum Kopi Manis atau Minuman Kemasan Terlalu Sering
Banyak orang tidak sadar bahwa kopi susu kekinian, teh botol, atau minuman bersoda mengandung gula tambahan yang cukup tinggi. Satu gelas minuman manis bisa mengandung hingga 30 gram gula, yang setara dengan lebih dari 6 sendok teh gula.
Asupan gula tinggi ini bisa menumpuk dalam darah dan meningkatkan risiko resistensi insulin jika dikonsumsi secara rutin. Memilih kopi tanpa gula atau mengganti minuman kemasan dengan air putih atau infused water bisa jadi langkah sederhana yang efektif.
3. Kurang Tidur dan Stres Kronis
Kurang tidur dan stres berkepanjangan meningkatkan hormon kortisol, yang dapat mengganggu metabolisme dan membuat gula darah sulit dikendalikan. Studi dari National Institutes of Health (NIH) menunjukkan orang yang tidur kurang dari 6 jam per malam berisiko 30% lebih tinggi mengalami gangguan metabolik, termasuk diabetes tipe 2.
Mengatur pola tidur 7–8 jam per malam dan melakukan teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga bisa membantu menurunkan kadar gula darah secara alami.
4. Jarang Bergerak atau Olahraga
Gaya hidup sedentari membuat tubuh kesulitan membakar glukosa menjadi energi. Alhasil, meski asupan makanan tidak berlebihan, kadar gula darah tetap tinggi.
World Health Organization (WHO) merekomendasikan setidaknya 150 menit aktivitas fisik sedang setiap minggu, termasuk jalan cepat, bersepeda, atau senam ringan. Aktivitas ini membantu tubuh memproses glukosa lebih efisien dan menjaga berat badan ideal.
5. Ngemil di Malam Hari
Makan camilan tinggi gula atau karbohidrat sebelum tidur membuat tubuh tidak punya cukup waktu untuk memproses gula. Hasilnya, gula menumpuk di dalam darah dan meningkatkan risiko diabetes serta gangguan tidur.
Sebagai alternatif, pilih camilan rendah gula seperti buah segar, kacang-kacangan, atau yogurt tanpa gula tambahan.
6. Tidak Membaca Label Makanan
Banyak produk “sehat” seperti granola, yogurt, atau sereal ternyata mengandung gula tambahan tinggi. Membaca label makanan sebelum membeli sangat penting untuk mengontrol asupan gula harian.
Dr. Ratna Wulan menekankan, “Memahami kandungan gula pada makanan kemasan adalah langkah penting untuk mencegah kenaikan gula darah secara diam-diam.”
Tips Mengubah Kebiasaan untuk Menjaga Kadar Gula Darah
-
Kurangi konsumsi gula tambahan sedikit demi sedikit.
-
Tidur cukup dan kelola stres dengan teknik relaksasi.
-
Lakukan aktivitas fisik rutin, minimal 30 menit per hari.
-
Pilih camilan sehat dan perhatikan label makanan.
-
Sarapan dengan porsi seimbang antara karbohidrat kompleks, protein, dan lemak sehat.
Dengan perubahan kebiasaan sederhana ini, tubuh bisa memproses gula dengan lebih baik, energi lebih stabil, dan risiko gangguan metabolik bisa ditekan sejak dini.











