Beritaterkini – Menghadapi masa remaja anak bukanlah perkara mudah, terutama ketika mereka mulai bersentuhan dengan rasa ingin tahu dan tekanan sosial yang cukup kuat. Salah satu isu yang sering muncul adalah soal alkohol. Banyak orang tua bingung bagaimana cara menjelaskan bahaya alkohol tanpa membuat anak merasa digurui atau malah semakin penasaran.
Di sisi lain, penggunaan alkohol di usia dini masih menjadi perhatian di banyak negara, termasuk Indonesia. Laporan Badan Narkotika Nasional (BNN) beberapa tahun terakhir menunjukkan tren meningkatnya akses remaja terhadap minuman beralkohol. Situasi ini membuat edukasi menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditunda.
Agar pembelajaran efektif, orang tua, sekolah, dan lingkungan harus bergerak bersama. Pendekatan yang empatik, realistis, dan komunikatif terbukti jauh lebih berhasil dibanding sekadar memberi larangan.
Mengapa Edukasi Bahaya Alkohol Harus Dimulai Sejak Dini
Remaja berada pada fase pencarian jati diri. Di usia ini, mereka lebih mudah terpengaruh teman sebaya dan cenderung mencoba sesuatu yang dianggap “keren” atau “dewasa”. Faktor inilah yang membuat edukasi dini sangat penting, terutama sebelum mereka terpapar risiko lebih besar.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, konsumsi alkohol pada usia remaja bisa berdampak pada perkembangan otak, menurunkan konsentrasi, serta meningkatkan risiko kecanduan di masa depan. Edukasi dini bukan hanya mencegah, tapi juga membentuk pemahaman yang lebih matang tentang konsekuensi.
Cara Bilangin Anak Remaja Kita Tentang Bahaya Alkohol
1. Mulai dengan Komunikasi yang Terbuka
Langkah pertama dan paling penting adalah membuka ruang dialog tanpa nada menghakimi. Remaja cenderung menutup diri bila merasa disalahkan atau dianggap tidak tahu apa-apa.
-
Dengarkan pendapat mereka terlebih dahulu.
-
Tanyakan apa yang mereka ketahui tentang alkohol.
-
Gunakan bahasa yang santai, bukan memberi ceramah.
Pendekatan ini juga dianjurkan oleh Psikolog Klinis Anak dan Remaja, Anna Surti Ariani, yang menyebutkan bahwa komunikasi empatik bisa memperkuat rasa percaya antara anak dan orang tua.
2. Berikan Informasi yang Akurat dan Relevan
Jelaskan dampak alkohol dengan fakta yang bisa mereka pahami. Misalnya:
-
Alkohol dapat merusak hati bila dikonsumsi terus-menerus.
-
Mengganggu perkembangan otak remaja.
-
Menurunkan konsentrasi dan memengaruhi prestasi sekolah.
Sampaikan informasi tanpa menakut-nakuti. Penjelasan yang objektif dan realistis jauh lebih mudah diterima.
3. Gunakan Contoh Nyata dari Kehidupan Sehari-Hari
Remaja lebih mudah memahami risiko bila melihat contoh konkret, bukan sekadar teori. Anda bisa:
-
Mengajak mereka membaca berita tentang kecelakaan akibat mabuk.
-
Menceritakan kasus nyata, baik dari lingkungan sekitar maupun pemberitaan nasional.
Kementerian Perhubungan pernah merilis data bahwa kecelakaan terkait pengemudi di bawah pengaruh alkohol menjadi salah satu penyumbang terbesar angka kecelakaan fatal. Angka-angka seperti ini cukup efektif untuk memberi gambaran nyata kepada remaja.
4. Bangun Kepercayaan Diri dan Ketegasan Anak
Banyak remaja mencoba alkohol bukan karena ingin, tetapi karena tidak enak menolak ajakan teman. Oleh karena itu, bekali mereka kemampuan untuk berkata “tidak” dengan cara yang tetap sopan tapi tegas.
Anda juga bisa mendorong mereka terlibat dalam kegiatan positif seperti:
-
olahraga,
-
seni,
-
komunitas kreatif,
-
kegiatan relawan.
Kegiatan tersebut membantu anak memiliki lingkungan yang sehat sekaligus memperkuat rasa percaya diri.
5. Libatkan Sekolah dan Komunitas
Pendidikan mengenai bahaya alkohol tidak bisa dilakukan orang tua seorang diri. Lingkungan sekolah dan komunitas sangat berperan dalam membentuk pola pikir remaja.
Program sosialisasi, penyuluhan, atau seminar dapat membantu memperluas pemahaman anak. Menurut Kementerian Pendidikan, kolaborasi antara pihak sekolah, guru BK, orang tua, dan tenaga kesehatan adalah langkah strategis mencegah perilaku berisiko di kalangan remaja.
Dampak Jangka Panjang Jika Remaja Mulai Mengonsumsi Alkohol
Risiko Kesehatan
-
Kerusakan hati
-
Gangguan kognitif
-
Gangguan tidur
-
Penurunan daya konsentrasi
Risiko Sosial & Akademik
-
Menurunnya prestasi belajar
-
Masalah perilaku
-
Mudah terjerat pergaulan negatif
Risiko Psikologis
-
Ketergantungan
-
Impulsivitas meningkat
-
Rentan mengalami kecemasan atau depresi
Kesimpulan
Mengajarkan remaja tentang bahaya alkohol bukan sekadar memberi larangan, tetapi membekali mereka wawasan, kepercayaan diri, dan kemampuan menghadapi tekanan sosial. Dengan komunikasi terbuka, contoh nyata, informasi akurat, serta dukungan sekolah dan komunitas, anak akan lebih mudah memahami bahwa menjaga diri dari alkohol adalah bentuk perlindungan terhadap masa depan mereka sendiri.
Edukasi yang konsisten dan penuh empati adalah kunci utama.











