Beritaterkini – Monosodium Glutamate (MSG) atau penyedap rasa memang sudah lama jadi bagian dari berbagai masakan di Indonesia. Banyak orang dewasa mengonsumsinya tanpa masalah berarti, tetapi ketika bicara soal anak-anak, penggunaan MSG perlu lebih diperhatikan. Tubuh mereka masih berkembang, sehingga lebih sensitif terhadap bahan tambahan makanan, terutama penyedap buatan.
Dalam beberapa tahun terakhir, isu keamanan MSG kembali ramai dibahas, terutama terkait potensi dampaknya terhadap kesehatan anak. Meski berbagai studi menyebut MSG aman dalam batas wajar, beberapa temuan menunjukkan adanya risiko jika konsumsi dilakukan berlebihan atau terlalu sering, terutama pada anak usia dini.
Artikel ini mengurai fakta ilmiah, penjelasan pakar, serta memberikan panduan praktis bagi orang tua untuk menjaga pola makan sehat anak tanpa perlu panik atau salah kaprah soal MSG.
Apa Itu MSG dan Bagaimana Cara Kerjanya pada Tubuh Anak?
MSG adalah garam natrium dari asam glutamat, komponen yang secara alami juga terdapat pada tomat, jamur, rumput laut, dan beberapa bahan pangan lain. Fungsinya sederhana: memperkuat rasa gurih atau umami pada makanan.
Mengapa Anak Lebih Sensitif terhadap MSG?
Pada anak-anak, organ dan sistem tubuh masih berkembang. Ahli gizi dari Kementerian Kesehatan, dalam berbagai kesempatan, menjelaskan bahwa sensitivitas terhadap aditif pangan pada anak cenderung lebih tinggi karena sistem metabolisme mereka belum seefektif orang dewasa.
Menurut penjelasan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam dokumen edukasi bahan tambahan pangan, penggunaan MSG memang diperbolehkan, namun konsumsinya tetap harus “sesuai kebutuhan” terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak.
Risiko Penggunaan MSG Berlebihan bagi Anak-anak
Berbagai penelitian internasional dan lokal menunjukkan bahwa konsumsi MSG berlebih dapat menimbulkan beberapa reaksi ringan hingga risiko jangka panjang, terutama jika dikombinasikan dengan kebiasaan makan tidak sehat.
Gangguan Sistem Saraf dan Gejala Ringan
Sejumlah studi mencatat bahwa konsumsi MSG dalam jumlah tinggi dapat memicu gejala seperti:
-
sakit kepala
-
rasa lemas
-
gangguan konsentrasi
Gejala ini tidak muncul pada semua anak, namun para pakar nutrisi menyarankan kewaspadaan karena respons tubuh anak berbeda-beda.
Pengaruh terhadap Nafsu Makan
Glutamat, komponen utama MSG, bekerja pada reseptor rasa gurih di lidah dan dapat memengaruhi sinyal lapar di otak. Jika dikonsumsi terus-menerus, anak mungkin:
-
semakin mencari makanan gurih
-
sulit mengontrol selera makan
-
lebih cepat tertarik pada makanan kemasan atau cepat saji
Hal ini bisa berujung pada pola makan tidak seimbang, hingga risiko obesitas.
Risiko Tekanan Darah Tinggi dan Metabolik
Makanan yang tinggi MSG umumnya juga tinggi garam, lemak, dan kalori—misalnya makanan cepat saji, camilan kemasan, atau mi instan.
Konsumsi rutin jenis makanan ini dapat meningkatkan risiko:
-
tekanan darah tinggi
-
gangguan metabolisme
-
resistensi insulin di kemudian hari
Kementerian Kesehatan RI secara konsisten mengingatkan bahwa pembatasan garam, gula, dan lemak pada anak adalah langkah penting untuk mencegah penyakit tidak menular di usia dewasa.
Pendapat Pakar dan Rujukan Resmi
Untuk memperkuat informasi, berikut rangkuman pandangan dari lembaga tepercaya:
BPOM tentang Batas Aman MSG
BPOM dalam edukasi publik menyatakan bahwa MSG aman digunakan sebagai penyedap jika sesuai batas wajar. Namun, BPOM menekankan pentingnya orang tua memantau total konsumsi harian anak, terutama dari makanan kemasan.
WHO Menekankan Pentingnya Pola Makan Seimbang
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam pedoman gizi anak menegaskan bahwa makanan olahan dengan kadar garam dan lemak tinggi perlu dibatasi karena berkontribusi pada risiko obesitas dan masalah kesehatan jangka panjang.
Cara Aman Menggunakan Penyedap Rasa untuk Masakan Anak
Penggunaan MSG sebenarnya tidak perlu dihapus total, tetapi harus disesuaikan. Prinsip utamanya adalah moderasi dan pemilihan bahan pangan alami.
Pilihan Pengganti MSG yang Lebih Sehat
Orang tua bisa memanfaatkan sumber umami alami seperti:
-
kaldu ayam atau ikan rumahan
-
jamur, terutama jamur shitake
-
rumput laut
-
tomat
-
bawang-bawangan
-
rempah-rempah tradisional
Selain memberi rasa gurih, bahan-bahan ini juga mengandung nutrisi penting bagi tumbuh kembang anak.
Tips Mengontrol Konsumsi Makanan Gurih pada Anak
Beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan:
-
batasi camilan kemasan
-
biasakan makan makanan rumah
-
ajari anak mengenali rasa alami makanan
-
cek label makanan kemasan yang sering mengandung MSG terselubung
Kesimpulan: Peran Orang Tua dalam Membentuk Pola Makan Sehat
Membatasi penggunaan MSG pada anak bukan hanya soal menghindari zat tertentu, tetapi bagian dari pola makan sehat secara keseluruhan. Dengan memilih bahan pangan yang lebih alami dan menghindari konsumsi berlebihan, orang tua dapat memberikan fondasi kesehatan jangka panjang bagi anak.
Seperti ditegaskan Kementerian Kesehatan, pengenalan pola makan sehat sejak dini menjadi investasi besar bagi masa depan anak. Moderasi, pemahaman, dan kebiasaan makan yang tepat adalah kunci utamanya.











