Beritaterkini – Sering menunda pekerjaan adalah kebiasaan yang kerap dianggap sepele, padahal dampaknya bisa panjang dan serius. Banyak orang sadar bahwa menunda tugas bukanlah hal baik, tetapi tetap saja terjebak dalam pola yang sama dari hari ke hari. Entah itu pekerjaan kantor, tugas kuliah, atau urusan rumah, semuanya sering berakhir dikerjakan di menit-menit terakhir.
Fenomena ini bukan cuma soal malas. Dalam dunia psikologi, kebiasaan sering menunda pekerjaan berkaitan erat dengan kemampuan mengatur diri sendiri, emosi, dan prioritas. Tanpa disadari, penundaan bisa memicu stres, menurunkan kualitas hasil kerja, bahkan memengaruhi kesehatan mental.
Lalu, apa sebenarnya yang membuat seseorang sering menunda pekerjaan? Apakah karena kurang disiplin, takut gagal, atau justru terlalu ingin sempurna? Artikel ini akan membahas penyebab utamanya, dampak yang ditimbulkan, serta strategi realistis dan terbukti untuk mengatasinya.
Apa Itu Kebiasaan Sering Menunda Pekerjaan?
Kebiasaan sering menunda pekerjaan atau prokrastinasi adalah perilaku menunda memulai atau menyelesaikan tugas secara sengaja, meskipun seseorang sadar bahwa penundaan tersebut bisa menimbulkan konsekuensi negatif.
Definisi Menurut Ahli
Beberapa peneliti psikologi mendefinisikan prokrastinasi sebagai kegagalan pengaturan diri (self-regulation failure). Artinya, seseorang tahu apa yang harus dilakukan, tahu kapan harus melakukannya, tetapi tetap memilih menunda tanpa alasan rasional.
American Psychological Association (APA) dalam berbagai publikasinya menyebut prokrastinasi bukan sekadar masalah manajemen waktu, melainkan berkaitan erat dengan pengelolaan emosi, seperti stres, cemas, dan takut gagal.
Mengapa Banyak Orang Sering Menunda Pekerjaan?
Setiap orang bisa punya alasan berbeda. Namun secara umum, ada beberapa faktor utama yang paling sering memicu kebiasaan ini.
1. Merasa Tidak Siap atau Terbatas Waktu
Banyak orang menunda karena merasa waktunya belum cukup atau belum siap secara mental. Akhirnya, tugas terus ditunda dengan harapan kondisi akan “lebih ideal”, padahal waktu terus berjalan.
2. Pekerjaan Terasa Membosankan
Tugas yang monoton, berulang, atau tidak menantang sering kali membuat otak mencari pelarian. Akibatnya, seseorang lebih memilih menunda dan melakukan aktivitas lain yang terasa lebih menyenangkan.
3. Takut Gagal (Fear of Failure)
Rasa takut hasil pekerjaan tidak sesuai harapan bisa membuat seseorang enggan memulai. Menunda menjadi cara tidak langsung untuk menghindari kemungkinan gagal atau dikritik.
4. Tergoda Aktivitas yang Lebih Menyenangkan
Bermain game, scrolling media sosial, atau menonton film sering terasa lebih menarik dibanding menyelesaikan tugas. Ini membuat fokus teralihkan dan pekerjaan utama semakin tertunda.
5. Kurangnya Motivasi dan Tujuan
Tanpa tujuan yang jelas, pekerjaan terasa hampa. Ketika seseorang tidak memahami “untuk apa” tugas itu dikerjakan, dorongan untuk segera menyelesaikannya pun melemah.
6. Perfeksionisme Berlebihan
Ironisnya, orang yang ingin hasil sempurna justru sering menunda. Mereka merasa standar yang ditetapkan terlalu tinggi, sehingga bingung harus mulai dari mana.
7. Kelelahan Fisik dan Mental
Kondisi tubuh dan pikiran yang lelah membuat konsentrasi menurun. Dalam situasi ini, menunda pekerjaan sering dianggap sebagai bentuk “istirahat”, meski justru menambah beban di kemudian hari.
Dampak Negatif Jika Terus Sering Menunda Pekerjaan
Menunda pekerjaan bukan hanya soal tenggat waktu yang terlewat. Ada dampak jangka pendek dan panjang yang perlu diwaspadai.
Tekanan dan Stres Meningkat
Mengerjakan tugas di menit terakhir membuat tekanan meningkat. Stres ini bisa berdampak pada kualitas tidur, emosi, dan kesehatan secara keseluruhan.
Kualitas Hasil Kerja Menurun
Pekerjaan yang dikerjakan terburu-buru cenderung kurang maksimal. Kesalahan kecil lebih mudah terjadi karena kurangnya waktu untuk mengecek ulang.
Menurunkan Kepercayaan Diri
Gagal memenuhi target karena sering menunda bisa membuat seseorang merasa tidak kompeten. Lama-kelamaan, ini berdampak pada rasa percaya diri.
Reputasi Profesional Bisa Terganggu
Di lingkungan kerja, kebiasaan sering menunda pekerjaan dapat memengaruhi penilaian atasan dan rekan kerja. Konsistensi yang buruk bisa menghambat perkembangan karier.
Cara Efektif Mengatasi Kebiasaan Sering Menunda Pekerjaan
Kabar baiknya, kebiasaan ini bisa diatasi dengan strategi yang tepat dan realistis.
Bangun Kesadaran Diri
Langkah pertama adalah mengakui bahwa kebiasaan sering menunda pekerjaan memang ada. Tanpa kesadaran, perubahan sulit terjadi.
Pecah Tugas Menjadi Langkah Kecil
Tugas besar sering terasa menakutkan. Dengan memecahnya menjadi langkah-langkah kecil, pekerjaan terasa lebih ringan dan mudah dimulai.
Gunakan Aturan Waktu Pendek
Teknik seperti “aturan 10 menit” bisa membantu. Mulailah bekerja hanya 10 menit. Biasanya, setelah mulai, keinginan untuk melanjutkan akan muncul.
Tetapkan Tujuan yang Jelas dan Realistis
Tujuan yang spesifik membantu otak fokus. Daripada menulis “selesaikan laporan”, lebih baik “selesaikan halaman pertama laporan hari ini”.
Kurangi Distraksi
Matikan notifikasi, atur lingkungan kerja, dan tentukan waktu khusus untuk fokus. Lingkungan yang mendukung sangat berpengaruh pada produktivitas.
Minta Dukungan Orang Terdekat
Berbagi target dengan teman, keluarga, atau rekan kerja bisa meningkatkan rasa tanggung jawab. Dukungan sosial juga membantu menjaga motivasi.
Pandangan Pakar tentang Prokrastinasi
Psikolog organisasi dan produktivitas sering menekankan bahwa prokrastinasi bukan masalah kemalasan semata. Dalam berbagai literatur, pakar menyebut bahwa pengelolaan emosi memainkan peran penting. Mengelola rasa takut, cemas, dan perfeksionisme sering kali lebih efektif dibanding sekadar membuat jadwal ketat.
Pendekatan yang berfokus pada kebiasaan kecil dan konsisten dinilai lebih berhasil dibanding perubahan ekstrem yang sulit dipertahankan.
Kesimpulan
Sering menunda pekerjaan adalah kebiasaan yang umum terjadi, tetapi bukan sesuatu yang harus diterima begitu saja. Dengan memahami penyebabnya, menyadari dampaknya, dan menerapkan strategi yang tepat, kebiasaan ini bisa perlahan dikendalikan.
Perubahan tidak harus besar dan instan. Langkah kecil yang dilakukan secara konsisten justru menjadi kunci untuk keluar dari lingkaran penundaan dan membangun produktivitas yang lebih sehat.











