Beritaterkini – Insiden kebakaran yang menimpa Gedung Terra Drone di Jakarta Pusat pada Selasa (9/12/2025) mengejutkan banyak pihak. Peristiwa tragis ini menelan korban 22 orang, diduga sebagian besar meninggal akibat kekurangan oksigen dan terpapar asap tebal dari kebakaran yang diduga dipicu oleh baterai lithium di lantai satu.
Kejadian ini sekaligus menjadi peringatan penting tentang risiko baterai lithium yang sering digunakan di perangkat elektronik modern, dari smartphone hingga drone dan kendaraan listrik. Meski baterai jenis ini menawarkan banyak keunggulan, sensitivitasnya terhadap panas membuatnya berpotensi menimbulkan kebakaran atau ledakan dalam kondisi tertentu.
Memahami mekanisme dan risiko baterai lithium bukan hanya penting bagi pengguna, tetapi juga bagi pengelola gedung, perusahaan teknologi, hingga regulator keselamatan. Dengan informasi yang tepat, risiko kebakaran dapat diminimalkan, dan tindakan pencegahan bisa dilakukan lebih efektif.
Cara Kerja dan Keunggulan Baterai Lithium
Baterai lithium bekerja dengan memanfaatkan pergerakan ion lithium antara katoda dan anoda yang dipisahkan oleh elektrolit organik serta separator berpori. Teknologi ini membuat baterai memiliki kapasitas tinggi, bobot ringan, umur pakai panjang, dan kemampuan pengisian cepat.
Keunggulan tersebut menjadikan baterai lithium populer digunakan pada berbagai perangkat, mulai dari smartphone, laptop, power bank, drone, hingga mobil listrik. Namun, di balik kelebihannya, terdapat risiko keselamatan yang perlu diperhatikan, terutama jika terjadi kondisi pengisian yang tidak tepat atau kerusakan fisik.
Penyebab Utama Baterai Lithium Meledak
1. Pengisian Daya Berlebihan (Overcharge)
Mengisi baterai terlalu cepat atau melebihi kapasitas dapat menimbulkan panas berlebih. Kondisi ini memungkinkan terbentuknya lapisan lithium di sekitar anoda, yang berpotensi menciptakan hubungan arus pendek. Sistem manajemen baterai (BMS) biasanya mengontrol arus pengisian untuk mencegah overcharge, tetapi jika gagal, risiko kebakaran tetap ada.
2. Hubungan Arus Pendek (Korsleting)
Korsleting terjadi ketika sisi positif dan negatif baterai terhubung langsung. Hal ini menghasilkan panas tinggi akibat aliran arus besar. Korsleting bisa disebabkan cacat manufaktur, seperti lubang pada pelat kutub atau kerusakan fisik pada baterai akibat benturan atau tusukan.
3. Kerusakan Fisik dan Panas Berlebih (Overheat)
Baterai yang terhantam, tertekan, atau tertusuk dapat mengalami ketidakstabilan panas. Suhu tinggi dari lingkungan atau penggunaan intens dapat memicu thermal runaway, yakni reaksi berantai di dalam baterai yang berpotensi menyebabkan ledakan dan pelepasan gas beracun.
4. Masalah Kualitas dan Kinerja Internal
Baterai kualitas rendah atau sel yang bermasalah, misalnya polarisasi internal yang tinggi atau reaksi elektrolit dengan air, meningkatkan risiko ledakan. Beberapa produsen curang bahkan menggunakan baterai bekas atau di bawah standar untuk menekan biaya, yang berakibat fatal.
5. Desain Baterai dan Kurangnya Perlindungan
Baterai tanpa perlindungan memadai bisa mengalami tekanan internal tinggi saat overcharge, memicu ledakan. Meskipun baterai modern seperti 18650 biasanya dilengkapi katup pengaman dan papan perlindungan, zat kimia yang bocor tetap bisa bereaksi dengan oksigen dan menimbulkan kebakaran.
Penanganan Kebakaran Baterai Lithium
Kebakaran baterai lithium sulit dipadamkan karena reaksi lithium dengan air menghasilkan gas hidrogen mudah terbakar dan lithium hidroksida yang mengiritasi kulit serta mata. Baterai bocor yang terkena udara atau kelembaban juga bisa menghasilkan asam fluorida beracun.
Oleh karena itu, penggunaan pemadam api kering direkomendasikan untuk memadamkan kebakaran akibat lithium. Petugas pemadam kebakaran profesional selalu menekankan pentingnya prosedur keselamatan khusus saat menangani insiden jenis ini.
Dampak dan Pelajaran dari Insiden Terra Drone
Kebakaran Gedung Terra Drone menjadi pengingat nyata akan risiko baterai lithium. Selain korban jiwa, peristiwa ini memicu evaluasi keselamatan di gedung perkantoran dan fasilitas industri. Beberapa pakar keselamatan menyarankan pengawasan ketat terhadap penyimpanan baterai, penggunaan alat deteksi panas, serta edukasi pengguna tentang risiko overcharge dan kerusakan fisik.
Kejadian ini juga mendorong produsen untuk memperkuat sistem proteksi baterai, memperbaiki standar manufaktur, dan menyediakan panduan penggunaan yang lebih jelas. Dengan langkah-langkah preventif, risiko kebakaran baterai lithium bisa dikurangi signifikan.











