Kolom

Merantau ke Deli Dalam Lukisan Kata HAMKA

Oleh: Agus Marwan (Sekjend Forum Masyarakat Literasi Indonesia)

Sungguh menyenangkan bercengkrama dengan salah satu Roman Merantau ke Deli karya HAMKA. Melalui buku ini, HAMKA telah melukiskan kata begitu apik tentang Deli saat ia sempat disana. Dalam testimoni yg ia tulis di kata pengantar, Roman karya inilah yg memuaskan hatinya.

Di tahun 1928 sepulang dari Tanah Suci Mekkah, HAMKA merantau ke Tanah Deli. Tepatnya di daerah Bajalingge, dekat Tebing Tinggi, Deli. (sekarang Bajalingge berada di Kecamatan Dolok Merawan, Serdang Bedagai). Bajalingge adalah pasar kecil yang dikelilingi oleh kawasan perkebunan. Di dekat pasar kecil itu terdapat stasiun kereta api Bajalingge yg menghubungan Siantar – Medan.

Di Bajalingge itulah, selama beberapa bulan, HAMKA pernah menjadi seorang guru agama. HAMKA menyaksikan dan sekaligus menggauli kehidupan pedagang kecil, kuli2 kontrak yg diikat oleh Poenal Sanctie. Potret kehidupan selama di Bajalingge inilah yang membuat HAMKA bisa menghasilkan Roman Merantau ke Deli.

Roman ini mengkisahkan kehidupan romantisme dan perjuangan hidup Leman pedagang asal Minangkabau yg mengadukan nasibnya di tanah Deli dengan Poniem koeli kontrak dari Ponorogo Jawa Timur yang dijebak oleh werver (tengkulak pencari pekerja kuli).

Awal mulai pertemuan Leman dan Poniem adalah di pasar Bajalingge. Biasanya sebulan dua kali di masa gajian kecil dan gajian besar para kuli kontrak perkebunan mencari kebutuhan hidupnya di pasar ini. Leman saat melihat Poniem sudah jatuh hati. Tapi tidak mudah bagi Leman mendapatkan Poniem. Karena Poniem berstatus sebagai gundiknya sang mandor besar perkebunan. Siapa yg berani mengganggu sang mandor alamat badan berkalang tanah.

Bila sudah jatuh cinta, aral rintangan apapun akan diterjang. Leman tak peduli, ia tetap berusaha merayu Poniem. Singkat cerita, Leman mengutarakan niatnya utk mengajak Poniem menikah secara sah dan meninggalkan Bajalingge menuju Medan. Poniem pun dengan membawa perhiasan yg selama iniii diberikan sang mandor, lari dari perkebunan, dan ikut Leman ke Medan. Di Medan lah kemudian mereka menikah.

Dengan modal perhiasan Poniem itulah, Leman membuka usaha dagangnya. Perlahan dan pasti usaha dagang Leman cukup maju. Setelah bertahun2 berdagang di Medan, merekapun berkeinginan membangun usaha di tanah Bajalingge tempat awal mereka bertemu. Lagian sang Mandor infonya sdh tidak di Bajalingge lagi, melainkan sdh pulang ke Jawa.

Dengan modal usaha dari kota Medan merekapun membangun usaha yg cukup besar di Bajalingge. Dengan jaringan yg masih mereka miliki di kota kecil itu, tak sulit bagi mereka membangun usaha dagangnya. Tak lama merekapun menjelma menjadi pedagang lumayan kaya. Kesuksesan Leman ini sdh didengar di kampung halamannya Minangkabau. Kesuksesan dagang ini juga tak lepas dari Suyono yang awalnya seorang kuli kontrak yang tak tahan dengan perkebunan, dan mengiba ikut bekerja dengan Leman dan Poniem. Suyono yg turut membantu usaha dagang mereka, dan ia tinggal bersama Leman.

Leman pun berkeinginan pulang kampung. Dan Poniem diajaknya. Selama di kampung, Leman mendapatkan sambutan yg hangat dari sanak saudaranya. Tapi dari kampung inilah awal mulai prahara kehidupan Leman dan Poniem. Selama bertahun2 menikah, Leman blm punya anak. Dan sebagian keluarga Leman menginginkan agar Leman menikah lagi dengan keluarga kerabatnya di Kampung yg bersuku Minang.

Pernikahan itupun tak bisa dihindari oleh Leman. Terlebih Leman juga tertarik dengan gadis muda bernama Mariatun pilihan keluarga mereka. Pernikahan pun dilakukan di Tanah Deli. Awalnya hidup mereka rukun. Mariatun disewakan rumah sendiri oleh Leman, tak jauh dari rumah induk mereka. Tapi tak lama kemudian, Leman menghendaki agar mrk bisa tinggal satu rumah.

Tatkala di satu rumah inilah berbagai pertengkaran terjadi. Poniem yang selalu mengalah memberontak dengan tingkah pola Mariatun yang selalu dibela oleh Leman. Segala permintaan Mariatun dituruti Leman, dari membeli Sawah di Kampung, dan membuat rumah di tanah Minangkabau.

Pada suatu waktu, terjadilah pertengkaran hebat, disaat Leman sdg ke Medan. Perkelahian fisik antara Mariatun dan Poniem tak terhindarkan. Suyono lah yg melerai mereka. Sepulang dari Medan, Leman mendapatkan pengaduan dari Mariatun yg membuat Leman marah besar dengan Poniem. Dan tanpa sadar Leman dalam kemarahannya menjatuhkan talak 3 kpd Poniem.

Ibarat disambar petir, Poniem tak menyangka dengan ucapan Leman itu. Sembari menangis, Poniem pun mengambil koper dan menyusun pakaiannya. Dan ia tidak membawa harta yang sdh mereka perjuangkan bersama selama ini. Poniem hanya izin membawa satu kain baru dari dagangan mrk. Dengan kesalnya, Poniem pun beranjak pergi menuju stasiun kereta api Bajalingge. Tak lama kemudian Suyono pun keluar menyusul Poniem ke stasiun. Suyono pun pamit ke Leman. Ia tetap ingin bersama Poniem. Karena sewaktu ia kelaparan, Poniem lah yg membantunya sehingga bisa bekerja membantu keluarga mrk.

Poniem dan Suyono pun menuju kota Medan. Tertatih2 dari awal mereka membangun kehidupan di Medan. Dengan modal yg ada, mereka membangun usaha di kota itu. Setelah 3 tahun di Medan, merekapun sudah memiliki cukup tabungan. Mereka bekerja keras selama di Medan. Selama si Medan inilah kemudian Poniem dan Suyono menikah. Dengan modal yg telah mereka miliki, mereka berkeinginan utk kembali ke Bajalingge dan membangun usaha disana. Diminta lah Suyono utk mencari sebidang tanah di Bajalingge. Dan kebetulan ada tanah dan rumah dijual murah karena sang pemiliknya sedang butuh uang cepat.

Saat sedang melihat tanah itulah, ia berjumpa dengan Leman bekas majikannya. Yono tak nyangka bila itu Leman. Membawa sepeda, Leman membawa setumpuk dagangannya. Rupanya, setelah pisah dengan Poniem, Leman jatuh bangkrut. Rumah dan tempat dagangannya pun kini sdh milik org lain. Leman mengontrak di rumah kecil tak jauh dari rumahnya dulu.

Leman pun terheran karena skg Suyono tampak sangat berkecukupan dan mampu membeli rumah sendiri. Dalam pertemuan itu, Leman pun menanyakan bagaimana kabar Poniem. Ia pun menyampaikan penyesalannya kepada Yono, karena sdh memperlakukan Poniem spt itu. Leman pun berpesan, kalo ia ingin bertemu Poniem dan mau meminta maaf.

Setelah rumah terbeli dan sudah dibersihkan. Merekapun pindah dari Medan ke Bajalingge kembali. Leman berjanji bila Yono sdh menempati rumah itu akan datang dan bersilaturahmi sekaligus ingin bertemu Poniem. Sekaligus ingin bertemu istri Yono. Leman pun beranjak ke rumah Yono yg baru. Tak sabar ia ingin bertemu Poniem. Alangkah terkejutnya Leman mengetahui kemudian bila Yono telah memperistri Poniem.

Dalam suasana tak menentu itu, Leman memaksakan utk menyampaikan permohonan maafnya ke Poniem. Leman menceritakan kesusahan sepeninggal mereka meninggalkan Bajalingge. Awalnya Poniem masih menaruh amarahnya, namun perlahan menaruh kasihan dengan Leman. Poniem pun memaafkan Leman. Dan sebelum pulang, Leman pun menyampaikan pesan bila ia sdh tdk bisa bertahan hidup di Deli. Ia merencanakan pulang ke tanah Minangkabau.

Yono dan Poniem meminta Leman utk mengurungkan niatnya pulang kampung. Tetaplah bertahan di tanah Deli, dan kami siap membantu modal usaha utk Leman bisa berdagang kembali. Mendengar perkataan itu, Leman pun semakin remuk redam. Harga dirinya serasa tercabik2. Tapi niat Yono dan Poniem tulus ingin membantu Leman. Bagaimana pun Yono pernah dibantu oleh Leman dan belajar banyak ilmu dagang dari Leman.

Tapi Leman tak bergeming utk kembali ke Minangkabau. Ibarat kalah perang, dengan lunglainya Leman pun akhirnya pulang ke kampung halamannya.

(M-01)

Related Articles

279 Comments

  1. Definitely believe that which you stated. Your favourite justification appeared to be
    at the web the easiest thing to be mindful of.
    I say to you, I certainly get irked whilst other folks think about issues that they
    plainly don’t recognize about. You controlled to hit the nail upon the highest and outlined out the entire thing with no need side-effects , other people
    can take a signal. Will probably be back to get more.
    Thank you

  2. Hey there just wanted to give you a quick heads up and let you know a few of the
    images aren’t loading properly. I’m not sure why but I think its a linking issue.
    I’ve tried it in two different browsers and both show the same results.

  3. I was curious if you ever considered changing the page layout of your site?
    Its very well written; I love what youve got to say. But maybe
    you could a little more in the way of content so people could connect with it better.
    Youve got an awful lot of text for only having 1 or 2 images.
    Maybe you could space it out better?

  4. Right here is the right web site for anybody who
    really wants to find out about this topic. You realize a whole
    lot its almost hard to argue with you (not that I really
    will need to…HaHa). You certainly put a fresh
    spin on a topic that has been discussed for years. Great stuff, just
    wonderful!

  5. Having read this I thought it was extremely informative.
    I appreciate you spending some time and effort to put this content together.

    I once again find myself spending a lot of time both reading and posting comments.
    But so what, it was still worthwhile!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini: