Berita

IDA BAGUS PADA KUSUMA MENGAJAK WARGA LEBIH MENGEDEPANKAN SASTRA DALAM BERYADNYA.

DENPASAR, WWW.BERITATERKINI.CO.ID, Dalam era globalisasi saat ini,tidak bisa kita pungkiri betapa pola pikir serta life style (gaya hidup) masyarakat dunia mengalami perubahan ke arah yang serta praktis dan money oriented.

Begitu juga dengan Bali tak bisa luput dari imbas tersebut,lebih- lebih Bali merupakan destinasi wisata dunia.

Namun dengan berbekal adat,budaya dan kearifan lokal yang kuat dengan bernafaskan Hindu yang amat kuat saling menopang, ibarat aur dengan tebing.

Derasnya pengaruh globalisasi tidak dengan serta merta merombak tatanan budaya yang adiluhung tersebut.

Menurut Ida Bagus Pada Kusuma,salah seorang mantan anggota Dewan Provinsi Bali kita dan generasi muda harus tetap konsisten menjaganya.

Ibarat sebatang pohon,beliau berpesan kepada para generasi muda agar menguatkan akar sehingga pohon bisa tumbuh dan berkembang serta luput dari terpaan arus zaman.

Begitu juga para tokoh,para pemuka agama hendaknyalah memberi tuntunan kepada umat, bagaimana mereka melaksanakan yadnya dengan lebih sederhana, tanpa mengurangi kualitas dan maknanya.

Jangan justru menambah beban dan mempersulit umat.Jangan pula ketulusan beryadnya umat dijadikan kesempatan sebagai ladang bisnis Ini patut dicamkam.

Di samping itu hendaknya jangan hanya berorientasi pada prosesi upacara yadnya, namun hal yang tidak kalah penting yakni lebih seringlah memberi pencerahan entah itu berupa dharma wacana, dharma tula, atau pun dalam versi-versi lain yang mudah dicerna dan dipahami.

Pria asal Gria Pada,Desa Mambal Abiansemal yang merupakan pencinta Seni Sastra ini memiliki sebuah purpustakaan cukup besar dengan ratusan koleksi buku-buku mengenai berbagai hal tentang Bali dan Agama Hindu.

Dengan pengetahuan dan pengalaman beliau dalam hal sastra ini,beliau ingin mengajak masyarakat lebih memahami Sastra Agama di dalam melaksanakan yadnya sehingga umat bisa memilih tingkatan yadnya sesuai dengan kemampuan dan keikhlasan tanpa merasa terbebani.

Karena menurut beliau tolak ukur keberhasilan suatu yadnya bukan besarnya, bukan pula kemeriahannya.

Namun ditentukan oleh ketenangan hati dan keikhlasan jiwa yang beryadnya itu sendiri. (Red/Aj)

Penulis : Bratayasa

Related Articles

3 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini: