BaliMangupura

Pasemetonan Dadia Bandem Baleran PGSDT Ungasan Gelar Karya Pitra Yadnya Atiwa-Tiwa lan Atma Wedana

BADUNG, beritaterkini.co.id | Pasemetonan Dadia Bandem Baleran Para Gotra Sentana Dalem Tarukan (PGSDT) menggelar Karya Pitra Yadnya Atiwa-Tiwa lan Atma Wedana yang puncak upacara digelar pada rahina Saniscara Paing Ukir di Dadia Bandem Baleran, Desa Adat Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Sabtu, 12 November 2022.

Prawartaka Karya Atiwa-Tiwa lan Atma Wedana Dadia Bandem Baleran Desa Adat Ungasan, I Wayan Yadnya menyampaikan, bahwa upacara Pitra Yadnya ini diikuti 35 sawa dengan rincian diikuti 22 ngelangkir serta metatah natak tiis diikuti 49 peserta.

Disebutkan, upacara Pitra Yadnya ini merupakan program dadia yang dilaksanakan setiap 6 tahun sekali, yang disebut Ngaben Ngerit. “Pelaksanaan Pitra Yadnya ini sudah lama dan digelar sudah 5 kali,” terangnya.

Dikatakan, Ngaben Massal ini disebut Karya Ngerit, dikarenakan pasemetonan yang kurang mampu dibantu hingga usai pelaksanaan upacara. Hal ini, bertujuan untuk mempererat pasemetonan sekaligus membantu semeton yang kurang mampu dari sisi finansial hingga bisa mengikuti upacara Pitra Yadnya secara bersama-sama.

“Semoga rangkaian upacara Pitra Yadnya ini berjalan labda karya sida sidaning don, dengan arahan, petunjuk dan bimbingan dari Pengrajeg Karya Ida Sri Rsi Bhagawan Siwa Budha dari Griya Taman Sari Balangan,” paparnya.

Sementara itu, Pengrajeg Karya, Ida Sri Rsi Bhagawan Siwa Budha dari Griya Taman Sari Balangan menjelaskan, bahwa pelaksanaan upacara dan upakara ini, dimulai dari prosesi negtegang beras, yang dilanjutkan dengan prosesi ngulapin, ngaskara hingga digelar puncak upacara pengiriman ring setra Desa Adat Ungasan. “Setelah itu, upacara berikutnya adalah nganyut ke segara,” terangnya.

Dipaparkan, upacara Pitra Yadnya ini bertujuan mengembalikan unsur-unsur Panca Maha Bhuta yang membentuk badan wadah manusia ke tempat asalnya di alam semesta.

 

Terkait tidak dilakukan prosesi pembakaran sawa, Ida Sri Rsi Bhagawan Siwa Budha belum bisa memastikan hal itu. Namun, dilihat dari suatu proses, bahwa dulunya daerah ini termasuk areal perbukitan, sehingga serba sulit mencari sejumlah sarana, termasuk sarana pembakaran. Begitu pula, zaman dulu masih mengalami kesulitan dalam segi perekonomian yang tidak bisa disamakan dengan zaman kini. ” Itu yang menyebabkan sehingga jalan satu-satunya dilakukan proses mependem atau beya tanam,” terangnya.

Selain itu, imbuhnya, di daerah ini tidak dilakukan proses pembakaran. Sebab, lokasinya berdekatan dengan Pura Sad Kahyangan Uluwatu agar tetap terjaga nilai kesuciannya dan tidak terkena kecemaran. “Nah, itulah informasi yang diperoleh dari masyarakat. Namun, sumber dari babad, sastra atau literatur lainnya belum Ida peroleh baca. Ida Nak Lingsir bermain dari segi logika,” sebutnya.

Oleh karena itu, diharapkan upacara sejenis terus dilanjutkan guna memperkuat rasa pesemetonan dan kekeluargaan.

“Selaku Pengrajeg Karya Pasemetonan Dalem Baleran diharapkan upacara Pitra Yadnya ini dapat berjalan dengan baik dan lancar,” pungkasnya. (surya).

Related Articles

One Comment

  1. Can I just say what a relief to find someone who actually knows what theyre talking about on the internet. You definitely know how to bring an issue to light and make it important. More people need to read this and understand this side of the story. I cant believe youre not more popular because you definitely have the gift.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini: