Oleh : Prof. Dr.Ir. H. Koesmawan AS., M.Sc., M.BA., DBA (Guru Besar ITB Ahmad Dahlan Jakarta)
Pada Minggu, 31 Mei 2020
JAKARTA, WWW.BERITATERKINI.CO.ID |Kalau kita akan menganalisa sesuatu, maka perlu sebuah asumsi. Dalam ilmu ekonomi, terkenal apa yang disebut CETERIS PARIBUS, artinya ada sesuatu bersifat tetap. Misalnya, selera orang tetap, penghasilan orang tetap, ketentuan pemerintah berkaitan dengan pajak, ketentuan usaha tetap. Ini berarti, kalau kita membuat asumsi dulu, maka kita bisa menganalisa, lalu menetapkan. Sekarang saatnya, kita harus mencari solusi guna tegar di zaman normal baru itu. Kaum muslimin, harus siap, agar di zaman normal baru itu, tidak tergilas oleh zaman. Mari kita analisa zaman normal baru itu dengan menyiapkan dulu ASUMSI DASAR-nya dulu, baru bisa menganalisa dan memutuskan.
Dalam kasus ekonomi, ada sebuah hukum besi yang disebut Hukum Supply (penawaran) dan Demand (permintan), ini sulit terbantahkan, asal harus memenuhi syarat, “ceteris paribus”, maka, dengan mudah akan terbukti bahwa, “Bila harga naik, maka permintaan akan turun, sebaliknya penawarn akan naik”. Kemudian bila harga turun, maka permintaan akan naik dan penawaran akan turun. Jadi bila ada asumsi, maka kita bisa memutuskan sesuatu. Sekarang tanpa ceteris paribus, ketika harga naik, seharusnya permintaan turun. Namun karena penghasilan berubah, maka saat harga naik, orang malah pada berebut membeli barang yang diinginkannya, apalagi selera juga berubah. Ada unsur gengsi.
Demikian halnya, kalau kita akan menentukan seperti apa zaman normal nanti dimulai tahun 2021 kelak bagi kaum muslimin, maka mari kita awali dengan membuat asumsi, yaitu, BAHWA SAAT INI KAUM MUSLIMIN, TIDAK LAGI BERPEGANG KEPADA AL QURAN DAN SUNAH. Padahal muslimin itu, paham sekali bahwa Rasulullah SAW telah wanti wanti bersabda, “ Taroqtufikum Amroini, Intamasaktum bi hima, lan tadzilu abada, Kitabulloh Wa Sunaturrasul”. (Aku titipkan DUA HAL kepadamu yang kalau kamu berpegang teguh kepada nya, kamu tidak akan tersesat selama-lamanya (andai masih ada 1000 zaman normal, kita tak akan tersesat). Itulah Al Quran dan Sunah Rasul (Hadist)). Dasar semua ini adalah IMAN.
Selain itu Rasul bersabda pula bahwa, seorang muslim baru disebut beruntung kalau, keadaan masa depan jauh lebih baik dari masa kini. Kalau sama hari kemarin dan sekarang, adalah rugi, apalagi masa depan lebih buruk, itu sungguh sebuah neraka dunia. Oleh sebab itu, di zaman normal baru, kaum muslimin KUDU kembali ke Al Quran dan Sunah, sambil mengubah diri kearah yang lebih baik dari berbagai bidang. Bidang Ilmu, Bidang Ibadah, Bidang Muamalah dan semua-semua bidang. Ingat Firman Allah “ Innaloha laa yughoyirru ma bikaumin, hatta yughoyirru maa biamfusihim”. (Allah Tidak akan mengubah nasib Warga NKRI ini, kalau tidak mau mengubah dirinya kearah yang lebih baik).
Nah berubah ini sebenanya sudah dimulai oleh Rasulullah dengan _HIJRAH_ Mengubah diri dari keterpurukan menjadi kemenangan. Mengubah cara berpikir yang “Menjauh dari Allah dan Rasul” , menjadi cara berpikir, _Menghadirkan Allah dan Rasulnya dalam segala situasi_. Kaum muslimin harus siap HIJRAH dari Zaman Covid-19, menjadi zaman Normal Baru yang dihiasi Al Quran dan Sunah. Inilah yang sebenar benarnya Hijrah. Semoga kaum muslimin, semakin cerdas memaknai HIJRAH.
Apa yang digambarkan oleh HIJRAH diatas, inilah yang disebut perubahan paradigma. Yakni, perubahan wacana, cara berpikir, cara menganalisa dan cara memutuskan. Seseorang yang berpegang pada Al Quran dan Sunah, artinya dia berpegang pada pedoman yang benar yang digariskan Rasululloh SAW. Kalau kita hanya mengubah orang, ganti pemimpin, atau mengubah sistem, itu perubahan kecil kata futurolog Peter Drucker. Perubahan besar ialah, mengubah PARADIGMA. Yaitu, mengubah wacana, cara berpikir, menganalisa dan memutuskan serta cara bertindak berdasar Al Quran dan Hadist. Saya ingatkan ucapan Ibnu Taimiyah, “: _Kembali kepada Al Quran dan Sunah Rasul”.
Sayangnya, perubahan paradigma itu tidak semudah membalikkan tangan, harus sungguh-sungguh. Inilah yang disebut JIHAD Fi Sabilillah. Jadi jihad itu, kata Bang Imad, guru saya di masjid Salman ITB, saat mengundang Prof. Dr. Ahmad Zaki Yamani, mentri perminyakan Arab Saudi, Jihad ialah, Bersungguh sungguh menjalankan perintah Allah dan Rasulnya serta menjauhi larangannya atau Amar Ma’ruf, Nahyi Munkar Pesan Zaki Yamani, “ Didiklah anakmu agar mencintai Allah, Rsululloh dan Jihad Fi sabilillah.
Seperti apa JIHAD itu. Arti sederhana dari Jihad ialah. PERANG mengorbankan Jiwa demi Nusa, bangsa dan Agama, itu saja. Padahal K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah wanti-wanti mengingatkan. Bahwa jihad itu dalam Al Quran, “:_BI amwalikum Wa amfusikum_. Yakni berkorban harta dan jiwa. Harta dulu baru jiwa. Bagaimana seseorang mau berjihad dengan jiwa, kalau jihad harta saja tidak mau. Silahkan, baca baik baik, uacapan KH Ahmad Dahlan yang terpampang di lift kampus ITB Ahmad Dahlan.
Mari berjihad kawan mulai dari (1). Sayangi ayah, ibu dan saudara. (2) Berbuat baik kepada sesama, karena belum disebut beriman sebelum menyayangi orang lain seperti menyayangi diri sendiri. (3). Berkarya sesuai budangnya, kalau dosen, mengajarlah dengan baik dan doakan muridmu pintar. (4). Jujur dan penuh amanah. (5) Berkata yang benar didepan penguasa yang zalim, (6). Memuliakan tamu dan tetangga. (7) Bantu fakir miskin dan anak yatim. Serta semua perbuatan baik yang menguntungkan semua pihak. Itulah JIHAD. Alhasil, dengan Iman, Hijrah dan Jihad. Kaum Muslimin, bakal Siap, Tegar dan Menang di Zaman Normal Baru 2021 ini dan selamanya. Aamiin Allohumma AAMIIN. BISMILLAH. Laa haula Walaa Quwata Illaa Billahilaliyuladziem. SEMOGA. /Red-beritaterkini/Danu
Editor ; SA
Hello. excellent job. I did not imagine this. This is a remarkable story. Thanks!